Adapun diantara akhlak kita kepada Rasulullah SAW yaitu salah satunya ridho
dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang
harus kita nyatakan sebagaimana hadist Nabi SAW:“Aku ridho kepada allah sebagai
tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.”
Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para
Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya
dan menerima segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
Mengikuti dan menaati Rasulullah SAW
Mengikuti dan menaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi
orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting
dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati
Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam
firman Allah:
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ
اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً ﴿ألنسا ٦٩﴾
Artinya: Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang
yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya (QS An-Nisaa:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah
SWT akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari
Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿الإمران٣١ ﴾
Artinya: Katakanlah:
“jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan
mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS Ali Imran:31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah SAW diutus memang untuk
ditaati, Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ ﴿ألنسا ٦٤﴾
Artinya: Dan
Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS
An-Nisaa:64).
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada
Allah SWT. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti
dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah
berfirman:
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا
أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظاً ﴿ألنّسا ٨٠﴾
Artinya: Barangsiapa
mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka (QS An-Nisaa:80).
Tunduk dan patuh kepada ajaran yang disampaikan Rasul. Allah berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ﴿ألنّور ٥٤﴾
Artinya: Katakanlah:
"Ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul. (QS An-Nur 54).
Mencintai dan memuliakan Rasulullah SAW
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul
adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah SWT. Penegasan
bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan
dalam firman Allah
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ
فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾
Artinya: Katakanlah,
jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik (QS 9:24).
Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW, bersabda:
لايؤمن أحدكم حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak
beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada
dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R.
Bukhari Muslim).
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda
ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat
berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau
Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat
kepada Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW dalam
sabdanya menyatakan sebagai berikut:
البخيل من ذكرت عنده فلم يصلّ علىّ
Artinya: Orang
yang kikir ialah orang yang menyebut namaku didekatnya, tetapi ia tidak
bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ).
من صلّى علىّ صلاة صلّى الله عليه بها عشرا
Artinya: Siapa
yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh
kali sholawat. (H.R Ahmad).
إنّ اولى النّاس بى يوم القيامة اكثرهم عليّ صلاة
Artinya: Sesungguhnya
orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah orang yang paling
banyak bersholawat kepadaku. (H.R Turmudzi).
Mencontoh akhlak Rasulullah SAW.
Jika Rasulullah SAW bersikap kasih sayang keras dalam mempertahankan
prinsip, dan seterusnya maka manusia juga harus demikian. Allah berfirman:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ
رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ
اللَّهِ وَرِضْوَاناً ﴿الفتح ٢٩ ﴾
Artinya: Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS
Al-Fath:29).
Melanjutkan Misi Rasulullah SAW.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas
yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat
dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian,
menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak
menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah SAW. Keharusan
kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul SAW:
“Sampaikanlah dariku
walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan.
Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia
mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari
Ibnu Umar).
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang
yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad SAW.
Menghormati Pewaris Rasul
Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang orang-orang
yang tidak suka padanya. Berakhlak baik kepada Rasulullah SAW juga berarti
harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam
berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah SWT
dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
غَفُورٌ ﴿٢٨﴾
Artinya: Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS Faathir:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah SAW :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui
kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah
mengambil bagian yang besar.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya
tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap
dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena
pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka
orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk
menghormatinya.
Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah SAW tidak mewariskan harta yang banyak, tapi
yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang
berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan
sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:“Aku tinggalkan kepadamu dua
pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada
keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku.” (HR. Hakim).
Selain itu, Rasulullah SAW juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap
bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda: “Sesungguhnya, siapa yang
hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua
agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang
teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu
yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan
setiap kesesatan itu di neraka.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki
dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat
penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah SAW.
Komentar
Posting Komentar